Kamis, 17 Februari 2011

Surga Tidak Ada Di Telapak Kaki Ibukota


Tampaknya saya harus banyak mengasah keterampilan menjadi sabar dan kuat untuk tinggal dan bertahan di sini... Kemacetan, biaya hidup yang tinggi, tingkat kriminalitas yang menjamur tak mengenal tempat dan waktu sampai dengan harus membanting tulang demi kebutuhan kaki penguasa yang tampaknya keringat dan darah kami pun tak menjadi nilai bagi mereka. Saya lelah mengejar hidup bagai budak, apa artinya saya menjadi manusia yang sejak pertama kali ditimang kedua orang tuaku dengan penuh harap kelak saya bisa menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa??? Tapi sampai detik ini saya merasa hanya mengikuti idealisme untuk kepentingan segelintir saja...saya lupakan doa dan harapan kedua orang tua saya menjadi berguna bagi nusa bangsa! Saya menjadi apatis melihat kejanggalan hidup yang tanpa norma... Ibukota bagai sarang kehalalan bagi segala yang haram...saya hanya bisa menangis melihat keliaran sifat manusia yang berlomba - lomba hanya mencari dahaga dari segala ladang... Mereka memakan yang bukan hak-nya, meminta dan menghirup segala nista untuk kuasa. Tapi tidak satupun yang dapat selamatkan jiwa dan hati mereka... Yaa Gusti, selamatkan moral kami, selamatkan hati kami dan disiplinkanlah sikap dan lisan kami maka selamatkanlah Ibukota kami.... Kami butuh menjadi benar dan mulia di Mata-Mu Yaa Rabb... Selamatkan kami...